Seluruh manusia sejatinya adalah pemimpin. Namun kapasitas atas apa yang dipimpinnya berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya. Ada yg pemimpin suatu negara, pemimpin kelompok masyarakat, pemimpin organisasi, pemimpin keluarga, atau minimal pemimpin bagi dirinya sendiri. Semua itu akan dimintai pertanggung-jawabannya kelak di hadapan Sang Khalik atas apa yang telah dipimpinnya. Semoga artikel yang saya dapat dari milis Widyakelana ini bisa memotivasi diri saya sendiri maupun pembaca sekalian.
http://sosbud. kompasiana. com/2012/ 03/02/dari- boalemo-dan- bone-bone- untuk-penguasa- penderita- %E2%80%9Cbuta- tuli%E2%80% 9D/
Dari Boalemo dan Bone-bone Untuk Penguasa Penderita “Buta Tuli”
Masih dari sudut Negeri, setelah kabar Papua. Diantara gelimang berita tentang pejabat/penguasa ‘korup’, dari Najwa Shihab, saya menjadi tahu bahwa masih ada penguasa yang baik di negeri ini. Dua orang penguasa, yaitu Iwan Bokings dan Idris berhasil memimpin “negeri”nya dengan baik. Iwan Bokings adalah mantan Bupati Boalemo, Gorontalo dan Idris adalah Kepala Desa Bone-Bone, Enrekang,Sulawesi Selatan.
Iwan, dengan ide gilanya, berhasil menekan angka korupsi PNS, menurunkan angka kemiskinan, serta menurunkan angka penderita gizi buruk, hingga 0,08%.
Bagaimana ia melakukan semua itu?
Untuk kasus korupsi, menurut Iwan, korupsi dimulai dari niat. Maka yang harus dia lakukan adalah bagaimana agar niat ini bisa ditekan/dihilangkan . Inilah yang dilakukannya:
- Kepada Ka Lapas ia meminta agar bersama seluruh pegawai Eselon II hingga IV, boleh datang ke penjara, hanya untuk mempelajari proses/prosedur pemeriksaan seorang korup. Dari ketahuan korup/melakukan tindak kejahatan hingga harus mengalami kehidupan dalam tahanan. Bupati dan semua bawahannya, bersama-sama melihat/menyaksikan kehidupan penjara.
- Sang Bupati meletakkan “kain kafan” di meja kerjanya. Untuk apa? Agar setiap tamu yang datang dengan niat suap-menyuap, mengurungkan niatnya. Sebelum membuka pembicaraan dengan sang tamu, Iwan selalu mengingatkan bahwa “Kain kafan pembungkus jenazah itu turut menyaksikan apapun yang mereka perbuat dalam ruang itu”.
- Iwan membuat kalimat sumpah jabatan sendiri. Setiap yang akan dilantik, harus disumpah di Masjid (muslim) pada hari jumat. Isi sumpahnya, “Jika saya melakukan korup, maka bukan hanya saya, tetapi istri dan anak-anak saya akan dilaknat oleh Allah”. Sumpah ini pernah membuat 7 orang calon pejabat kemudian, mengundurkan diri, karena “takut dilaknat Allah”.
- Di gedung kantor pemerintahan, Iwan memampang Gaji seluruh PNS termasuk dirinya sendiri. Mengapa? Agar semua orang tahu ketika terjadi “keanehan tampilan” yang jauh menyimpang dari gaji yang diterima. Ia juga memampang nama program, nilai rupiah projek, nama penanggung jawab/pelaksana tiap-tiap projek (lengkap dengan foto diri dan nomor HP). “Rakyat harus tahu nilai projek sebenarnya, siapa penanggung jawabnya, kapan projek harus mulai dan selesai., ini berarti rakyat akan mengontrol kerja mereka”, demikian kisahnya.
Soal kemiskinan. Agar program sesuai dengan kebutuhan masyarakat, maka sebelum membuat program, ia menginap di rumah penduduk miskin. Ia pun mewajibkan para pejabat DINAS, agar “menginap” di rumah penduduk miskin. Fatlina Podungee (PNS), membenarkan. Ia mengaku dari sanalah kemudian, tergerak untuk mengangkat rakyatnya. Dari sanalah ia terinspirasi untuk membuat program-program yang benar dan tepat bagi mereka. Hanya dengan ikut merasakan/mengalami , maka seorang pejabat akan tahu apa yang harus dilakukan untuk rakyatnya. Bukan hanya itu. Iwan juga memperhatikan penderita gizi buruk. Mulanya ia mengirimnya ke RS. Namun problem lain muncul. Ibu si penderita gizi buruk, membawa pulang anaknya sebelum sembuh. Pasalnya? Sang ibu mengeluh bahwa di RS, yang diberi makan hanya si sakit. Maka, Iwan meminta RS mempekerjakan sang ibu, lalu memberinya “makan”. Tidak berhenti di sana. Sang ayah pun komplain terganggu hubungan (sex)nya karena sang istri tinggal di RS. Apa yang dilakukan Iwan? Ia perintahkan RS agar menyediakan “Kamar Suami”.
Saya baru mengerti. Betapa seorang pejabat, seharusnya bukan hanya penguasa (agar dia punya kewenangan dalam melakukan tugas-tugasnya) , namun ia haruslah mau menjadi pelayan rakyatnya. Dan Idris? Kades ini berhasil menjadikan seluruh kawasan desa Bone-Bone, menjadi sebuah “Kawasan Bebas Rokok”. Butuh 5 tahun untuk berhasil (2000-2005). Memang harus didasari niat yang kuat, katanya. Selesai sarjana, ia pulang ke desanya. Didapati anak-anak usia 6-7 tahun, sudah mulai merokok mengikuti orang tua mereka. Melihat kenyataan kehidupan demikian, ia bersedih, lalu memikirkan bagaimana ia bisa “menolong rakyatnya”. Inilah yang dilakukan Idris dan BERHASIL:
- Pertama, ia presentasi di depan pejabat tingkat Kecamatan, para tokoh agama dan tokoh masyarakat tentang betapa bahayanya merokok. Ia menggagas untuk membuat desanya menjadi desa bebas rokok. Semua mendukung seketika. Inilah kekuatan awal seorang Idris. Ada dukungan dari “penguasa” tingkat bawah sana.
- Idris berhenti merokok dan berhenti menjual rokok. Merokok boleh tapi menjual tidak boleh. Aturan Desa, melarang merokok di jalan/tempat umum. Merokok hanya boleh di rumah.
- Inilah sanksi uniknya. Bila ada pelanggar, dihukum dengan “berteriak” di Masjid, mengumumkan bahwa mereka kedapatan melanggar aturan. Sanksi yang dikenakan adalah membersihkan Masjid dan memperbaiki jalan/fasilitas umum yang rusak.
Hari ini Bone-Bone, tidak ada lagi anak-anak merokok (juga orang tuanya). Prestasi sekolah meningkat. Anak-anak, tidak pernah lepas dari ranking empat, di sekolahnya, tertinggi di tingkat Kecamatan. Bukan itu saja. Idris juga care soal makanan anak-anak. Ia melarang siapapun berjualan makanan yang mengandung pengawet/bahan kimia. Jika dilanggar, maka sang penjual harus menyediakan bubur kacang ijo bagi mereka yang mengkonsumsi makanan “beracun” tersebut. Terakhir, Idris juga “pejabat” yang peduli lingkungan. Ia mewajibkan menanam “lima pohon”, bagi setiap pasangan yang hendak menikah, sebagai syarat permintaan segala administrasi terkait dengan pernikahan.Semoga tulisan ini menginspirasi kita semua untuk memulai segalanya dari diri sendiri. Dan semoga pula ini terbaca oleh penguasa/pejabat yang sedang menderita “Buta Tuli” agar Negeri ini menjadi lebih baik.
Salam bahagia dan terus berkarya!
Refered to :
http://www.metrotvn ews.com/read/ newsprograms/ 2012/02/29/ 11714/308/ Eksperimen- Penguasa
Salam bahagia dan terus berkarya!
Refered to :
http://www.metrotvn ews.com/read/ newsprograms/ 2012/02/29/ 11714/308/ Eksperimen- Penguasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar